Monday, January 21, 2008

Andaikan saya bupati


"CHANGE, We Can Believe in" tema sentral kampanye kandidat Presiden AS, Senator Barrack Obama untuk Pemilu November 2008. Tema pokok tersebut akan diaktualisir dalam aneka sektor kehidupan rakyat AS, jika senator yang pernah mengenyam pendidikan di Indonesia ini menang pemilu. Pemimpin negara, propinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan pemimpin lain pada akar rumput juga mempunyai tema dan agenda pembangunan untuk 2008. Mendaftarkan semua pemimpin dengan renungan dan rencana mereka, niscaya ruwet dan mungkin tidak berhasil. Kemarahan bisa meluap jika beberapa posisi terlupakan. Karena itu, izinkan aku mengandai.

Andaikan aku Bupati Lembata. Daerah-daerah terisolir di seantero pulau diretas. Proyek-proyek jalan baru diperhatikan. Mutu jalan-jalan lama terus dijaga. Komunikasi antar komunitas desa, komunitas desa dengan kota terjangkau dengan sedikit lebih mudah. Tentu aspek lain patut diberi perhatian dan ditindaklanjuti pula. Aparat yang bersih dan berwibawa, bebas dari momok besar masyarakat - korupsi.

Lagi-lagi tambang emas. Ia menghantui tidurku. Aku perlu berdamai dengan masyarakat dan menghindar diri dari larangan seorang Charles Beraf yang dialamatkan kepada mereka, 'Jangan Berpikir Bodoh' (Pos Kupang, 18/6/2007). Sekiranya aku berdamai dengan mereka, apakah aku menjadi musuh PT Merukh Lembata Copper? Tuhan tolonglah aku! Aku juga anak tanah ini.

Masalah tanah menjadi salah satu agenda kepemimpinanku, andaikata aku Bupati Flores Timur. Di Nusa Tadon Adonara, tanah, ibu kehidupan terus melahap perhatian dan kehidupan masyarakat dan pemerintah. Tidak kalahnya dengan beberapa desa di daratan Flores Timur. Misalnya antara Desa Lamatou dan Riangkemie yang berada di belakang Gunung Mandiri. Cara apa yang harus diambil agar tanah sumber dan pemberi kehidupan tidak menjadi penelan kehidupan masyarakatku? Mencari 'solusi menang' untuk setiap pihak yang bertikai sungguh merisauhkan. Meski demikian, aku tegar memperjuangkan yang terbaik buat mereka semua. Muslihat setan korupsi harus dibendung dan digilas. Kiranya aku tidak jatuh ke dalam rahang korupsi pendahuluku.

Menggilas korupsi penting, demikian juga meyakinkan para bupati di Flores dan di Lembata serta figur politik lain, andaikata aku Bupati Sikka. Sekiranya Flores dan Lembata berdiri sebagai satu propinsi baru, aku jadikan Maumere ibu kotanya. Mendukung iktiar demikian, iklim perpolitikan, mutu pendidikan, pelayanan kesehatan, fasilitas transportasi - darat, laut dan udara - perlu diperbaiki. Kebersihan dan keindahan kota termasuk pusat perbelanjaan Barata, seyogianya mendapat perhatian khusus. Aku juga berjuang meningkatkan daya beli masyarakat agar keberadaan pusat perbelanjaan terjamin.

Pasti, masyarakat yang tengah berjuang mengisi perut dengan ondo tak terlupakan. Dapatkah KFC (Kentucky Fried Chicken) pendatang baru Kota Maumere memuaskan lapar mereka? Namun aku tidak menginginkan generasi muda Sikka kegemukan karena KFC. Apa lagi yang harus kuperbuat bagimu Sikka?

Ende, andaikata aku bupatinya, identitas historis, kultur dan pariwisatanya dilestarikan. Soekarno, menurut cerita, menelorkan butir-butir Pancasila di sini. Juga dulu, Ende berperan sebagai pusat pemerintahan Flores (Pos Flores, 8/6/2007). Menarik jika sejarah ini dihidupkan kembali. Yakin, ia kujadikan calon ibu kota bila Propinsi Flores dibentuk. Kiat dan strategi akan dikembangkan dan diterapkan demi mendapat sematan ibu kota propinsi. Kukembangkan e-government program guna mewujudkan pelayanan publik yang efektif, efisien dan transparan. Program mentereng, tetapi aku kurang yakin entah masyarakat siap merangkulnya. Proyek Desa Siaga kuperbanyak dan jejaringannya diperkuat. Rakyat berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

Aku sedih. Di awal 2007, lahan tanaman rakyatku seluas 6.953,5 hektar dilahap kekeringan dan hama (Kompas, 28/2/2007). Aku belajar untuk mengantisipasi, jika ada gelagat petaka ulang menimpa. Harap, rakyat terkena musibah 2007 dilayani secara manusiawi. Aku pun gundah kala data statistik HIV/AIDS merujuk pada angka yang meningkat. Tercatat 12 wargaku teridentifikasi HIV/AIDS di 2007. Mereka akhirnya berkalang tanah (Pos Kupang). Aku harus mendirikan VCT (Voluntary Counselling and Testing), seperti di Kabupaten Sikka, untuk mereka yang merasa diri mengidap HIV/AIDS dan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS).

Manusia meninggal dan pohon-pohon pun mati. Aneka flora di Cagar Alam Watuata ditelanjangi. Mereka menangis kesakitan dan mati dibakar rakyat desa Naru dan Bomari. Tidak tahu, kebijakan dan peraturan mantap apa yang patut diambil, andaikata aku Bupati Ngada. Bagaikan buah simalakama dimakan ibu mati tidak dimakan pun ayah mati. Lahan pertanian tidak mencukupi kebutuhan komunitas Naru dan Bomari. Sepertinya program KB belum berhasil. Penduduk bertambah sementara luas tanah tetap. Terciptalah jenis-jenis petani: petani pemilik lahan, petani pemilik dan penggarap lahan, petani yang hanya sebagai penggarap lahan dan petani serabutan. Nasib kedua kelompok terakhir patut diperhatikan secara khusus. Jangan-jangan mereka diperas kedua kelompok pertama.

Kelompok-kelompok berdiskusi. Argumen-argumen bergulir dan bergelinding di antara mereka. Tentu mereka mencari strategi terbaik untuk kabupaten baru mereka - Nagekeo. Seandainya aku bupati mereka, aku menjadi pendengar dan pelaksana strategi yang mereka ambil. Jelas aku tidak membeo. Aku mengawinkan pemikiran dan strategi mereka dengan kepunyaanku. Kami bergotong royong untuk menghidupkan dan mendewasakan Kabupaten muda kami.

Kabupaten mudaku relatif aman. Demikian juga kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya. Karena itu, janggal kalau aku menyetujui dibukanya Korem baru di tanah kabupaten ini. Sekiranya aku menyetujui rencana ini, aku pasti dicaci maki dan ditertawakan oleh kelompok antagonis. Bagi kaum protagonis, aku sahabat mereka. Benarkah aku mau menjadi sahabat mereka? Sekali-kali tidak. Meski aku dipaksa dan dijepit, aku mau berada di seberang jalan kaum protagonis. Kuyakinkan rakyatku untuk berada sepihak denganku. Tuhan lindungilah aku dan rakyatku dari rantai dan perangkap orang yang bermaksud jahat.
Gergaji rantai (chain saw) melahap dan menumbangkan pohon-pohon secara tidak sah. Benar bahwa kayu mendatangkan keuntungan bagi perambah bergergaji rantai. Namun malang untuk semua yang berdomisili di sepanjang daerah aliran sungai Wae Mese. Rakus para pemilik gergaji rantai itu. Sudah butakah mata hati mereka? Mereka patut disadarkan dengan peraturan-peraturan daerah yang jelas dan tegas. Ini misiku, seandainya aku Bupati Manggarai Barat. Dana dikucurkan, petugas kehutanan dikerahkan dan para perambah liar dibawa ke meja hijau untuk diproses. Kuingatkan dan kukenalkan kembali kepada masyarakatku kosmologi Patola yang diwariskan leluhur.

Mudah-mudahan, dengan ini, sungai Wae Mese bersahabat dengan kami. Hubungan kami dengan alam langgeng. Dana bencana dapat digunakan untuk kebutuhan lain. Kabupaten Belu juga mempunyai dana bantuan dan penanggulangan bencana. Andaikan aku bupatinya, kuperintahkan para kepala desa dan camat untuk memantau dan melaporkan bencana apa saja yang terjadi di daerah mereka. Dengan demikian bantuan dapat dengan cepat diberikan kalau memang malang menimpah. Apakah seharusnya demikian? Bukankah lebih baik mencegah dari pada memerintah untuk memantau apa yang bakal terjadi? Adalah lebih baik mendesain program pencegahan bencana, dari pada menanggulanginya. Adalah lebih bijaksana kalau aku menggunakan para ahli untuk bekerja sama dengan masyarakat demi mencegah banjir yang terjadi hampir setiap tahun di sepanjang daerah aliran sungai Benanain, wilayah selatan kabupatenku. Bersama kita membuat perubahan yang menyejahterakan masyarakat dan alam.

Silvinus Lado Ruron
staf pengajar di beberapa lembaga pendidikan di Australia.
Kini tinggal di Melbourne
Sumber: POS KUPANG, 21 Januari 2008

No comments: