Semarang, Kompas - Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi atau LHPE Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/2), memeriksa limbah pabrik tisu dan kapas, PT Taruna Kusuma Puri Nusa, di Klepu, Kecamatan Pringapus. Petugas menemukan beberapa kandungan melebihi batas baku mutu yang diperkenankan.
Sebelumnya, sejumlah warga mengeluhkan limbah cair yang menyebabkan kerusakan ekosistem di sungai yang digunakan untuk pengairan sebagian areal persawahan warga Klepu.
Tim yang dipimpin Wiwoho, Kepala Seksi Analisis Pengendalian Dampak Lingkungan, Dinas LHPE Semarang, meminta keterangan pengelola pabrik. Dalam dokumen pelengkap pengajuan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup-Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup), yaitu hasil uji laboratorium tahun 2008 terhadap limbah pabrik itu, diketahui kandungan pH atau keasaman dan kebutuhan oksigen untuk proses kimiawi (chemical oxygen demand/COD) melebihi baku mutu.
Keasaman limbah mencapai 10,34, dari batas yang diperkenankan antara 6-9. COD dalam limbah juga mencapai 1.453 miligram per liter, jauh lebih tinggi dari batas 150 miligram per liter. Petugas juga mengambil contoh limbah untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium Dinas LHPE.
Pengelola pabrik tidak bersedia dikonfirmasi oleh wartawan. Menurut Wiwoho, dalam pertemuan, pengelola pabrik mengakui adanya kelebihan kandungan.
Sementara itu, Pemerintah Kota Bitung, Sulawesi Utara, mencatat lebih dari 1.000 ekor ikan ditemukan mati sepekan belakangan di perairan Lembeh. Ikan milik nelayan di keramba juga mengalami nasib sama.
Wali Kota Bitung Hanny Sondakh menduga ikan mati akibat pencemaran air laut oleh sebuah perusahaan minyak kelapa.
Pemantauan pada Selasa menunjukkan, perairan di Selat Lembeh tampak berminyak. Kepala Kelurahan Paudean Hendrik Sologia mengatakan, Rabu lalu perairan Lembeh Selatan mendadak berwarna hitam. Lalu ratusan ekor ikan mati. (ZAL/GAL)
Sebelumnya, sejumlah warga mengeluhkan limbah cair yang menyebabkan kerusakan ekosistem di sungai yang digunakan untuk pengairan sebagian areal persawahan warga Klepu.
Tim yang dipimpin Wiwoho, Kepala Seksi Analisis Pengendalian Dampak Lingkungan, Dinas LHPE Semarang, meminta keterangan pengelola pabrik. Dalam dokumen pelengkap pengajuan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup-Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup), yaitu hasil uji laboratorium tahun 2008 terhadap limbah pabrik itu, diketahui kandungan pH atau keasaman dan kebutuhan oksigen untuk proses kimiawi (chemical oxygen demand/COD) melebihi baku mutu.
Keasaman limbah mencapai 10,34, dari batas yang diperkenankan antara 6-9. COD dalam limbah juga mencapai 1.453 miligram per liter, jauh lebih tinggi dari batas 150 miligram per liter. Petugas juga mengambil contoh limbah untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium Dinas LHPE.
Pengelola pabrik tidak bersedia dikonfirmasi oleh wartawan. Menurut Wiwoho, dalam pertemuan, pengelola pabrik mengakui adanya kelebihan kandungan.
Sementara itu, Pemerintah Kota Bitung, Sulawesi Utara, mencatat lebih dari 1.000 ekor ikan ditemukan mati sepekan belakangan di perairan Lembeh. Ikan milik nelayan di keramba juga mengalami nasib sama.
Wali Kota Bitung Hanny Sondakh menduga ikan mati akibat pencemaran air laut oleh sebuah perusahaan minyak kelapa.
Pemantauan pada Selasa menunjukkan, perairan di Selat Lembeh tampak berminyak. Kepala Kelurahan Paudean Hendrik Sologia mengatakan, Rabu lalu perairan Lembeh Selatan mendadak berwarna hitam. Lalu ratusan ekor ikan mati. (ZAL/GAL)
Sumber: KOMPAS, 27 Februari 2008
No comments:
Post a Comment